Di tengah kemajuan teknologi komunikasi informasi sekarang ini, miniaturisasi menjadi bagian penting untuk menjadikan berbagai produk yang memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut untuk memiliki faktor bentuk yang tidak berubah, mudah dibawa, tetapi memiliki kapasitas penyimpanan data-data digital yang besar.
Kemajuan ini antara lain diterjemahkan ke dalam ponsel canggih disebut ponsel cerdas, yang tak lagi berfungsi sebagai alat percakapan teleponi saja tetapi berkembang memenuhi selera konsumen global untuk memiliki sebuah perangkat yang serba bisa ibarat menggunakan komputer.
Memang fungsi-fungsi lain dari ponsel ini juga telah marak juga di Indonesia, terutama sejak teknologi ponsel mulai mengadopsi fungsi-fungsi tambahan tersebut. Hanya saja, penggunaan beragam fungsi ponsel tadi di sini, tampaknya sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Korea, terutama generasi mudanya.
Perbedaan yang mencolok dalam teknologi ponsel antara Korea dan Indonesia adalah sistem providernya serta tipe ponsel yang populer. Di Korea, sistem provider yang digunakan adalah seperti layanan CDMA, dimana seorang pelanggan akan membeli nomor yang kemudian akan lekat dengan ponsel yang dia gunakan. Jadi tidak dikenal penggunaan SIM card seperti layanan GSM. Ada tiga layanan servis provider yang bisa dipilih pelanggan, yaitu dari KTF, SK Telecom serta LG Telecom. Uniknya lagi, sistem layanan ini juga sudah dipaket dengan ponsel-ponsel merk dan tipe tertentu. Jadi misalkan kita menggunakan ponsel Samsung tipe SPH-X9300, maka kita akan menggunakan layanan dari KTF, apalagi logo KTF sendiri juga sudah tertulis pada badan ponsel tipe tersebut.
Untuk sistem layanannya sendiri juga memiliki beberapa tipe, dari tipe pasca bayar, serta tipe deposit. Tipe pasca bayar biasanya membutuhkan deposit dengan nominal tertentu, dan kita bisa menggunakan fasilitas komunikasi sesuai kebutuhan kita untuk kemudian biaya penggunaan akan ditagih setiap bulannya. Sedang melalui sistem deposit pelanggan akan mendeposit dana dalam nominal tertentu -biasanya sepuluh ribu won untuk setengah jam pembicaraan telepon di dalam Korea- dan jika dana deposit tadi habis maka pelanggan bisa mendeposit dana dengan nominal tertentu berikutnya. Mirip dengan system pasca bayar, hanya durasi penggunaan tidak dibatasi. Di Indonesia, kita wajib untuk mengisi ulang kartu prabayar kita dalam rentang waktu tertentu meski kita masih memiliki deposit dana. Sistem deposit seperti ini biasanya baik digunakan pendatang-pendatang baru seperti saya yang belum terlalu sering menelepon menggunakan ponsel.
Kemajuan ini antara lain diterjemahkan ke dalam ponsel canggih disebut ponsel cerdas, yang tak lagi berfungsi sebagai alat percakapan teleponi saja tetapi berkembang memenuhi selera konsumen global untuk memiliki sebuah perangkat yang serba bisa ibarat menggunakan komputer.
Memang fungsi-fungsi lain dari ponsel ini juga telah marak juga di Indonesia, terutama sejak teknologi ponsel mulai mengadopsi fungsi-fungsi tambahan tersebut. Hanya saja, penggunaan beragam fungsi ponsel tadi di sini, tampaknya sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Korea, terutama generasi mudanya.
Perbedaan yang mencolok dalam teknologi ponsel antara Korea dan Indonesia adalah sistem providernya serta tipe ponsel yang populer. Di Korea, sistem provider yang digunakan adalah seperti layanan CDMA, dimana seorang pelanggan akan membeli nomor yang kemudian akan lekat dengan ponsel yang dia gunakan. Jadi tidak dikenal penggunaan SIM card seperti layanan GSM. Ada tiga layanan servis provider yang bisa dipilih pelanggan, yaitu dari KTF, SK Telecom serta LG Telecom. Uniknya lagi, sistem layanan ini juga sudah dipaket dengan ponsel-ponsel merk dan tipe tertentu. Jadi misalkan kita menggunakan ponsel Samsung tipe SPH-X9300, maka kita akan menggunakan layanan dari KTF, apalagi logo KTF sendiri juga sudah tertulis pada badan ponsel tipe tersebut.
Untuk sistem layanannya sendiri juga memiliki beberapa tipe, dari tipe pasca bayar, serta tipe deposit. Tipe pasca bayar biasanya membutuhkan deposit dengan nominal tertentu, dan kita bisa menggunakan fasilitas komunikasi sesuai kebutuhan kita untuk kemudian biaya penggunaan akan ditagih setiap bulannya. Sedang melalui sistem deposit pelanggan akan mendeposit dana dalam nominal tertentu -biasanya sepuluh ribu won untuk setengah jam pembicaraan telepon di dalam Korea- dan jika dana deposit tadi habis maka pelanggan bisa mendeposit dana dengan nominal tertentu berikutnya. Mirip dengan system pasca bayar, hanya durasi penggunaan tidak dibatasi. Di Indonesia, kita wajib untuk mengisi ulang kartu prabayar kita dalam rentang waktu tertentu meski kita masih memiliki deposit dana. Sistem deposit seperti ini biasanya baik digunakan pendatang-pendatang baru seperti saya yang belum terlalu sering menelepon menggunakan ponsel.
Great blog!!
benar sekali jama sekarang ponsel taka hanya untuk sekedar telpon dan sms.