GPRS ( General Packet Radio Service, GPRS) adalah suatu teknologi canggih yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data lebih cepat jika dibandingkan dengan penggunaan teknologi Circuit Switch Data. Sering disebut pula dengan teknologi 2,5G. Teknologi GPRS dapat digunakan untuk transfer data (dalam bentuk paket data) yang berkaitan dengan e-mai, data gambar (MMS), dan penelusuran (browsing) . Layanan teknologi GPRS dipasang pada jenis ponsel tipe GSM walaupun jaringan GPRS saat ini terpisah dari GSM.

  • apn: indosatgprs,
  • proxy/ip: 010.019.019.019,
  • port:8080,
  • pasword dan username untuk volume based: indosat
  • password dan username untuk time based: indosat@durasi

Kalau ingin browsing di komputer atau untuk download pakai yang time based.Taripnya Rp100 permenit. Caranya kayak yg diatas, tapi diganti username dan passwordnya jadi indosat@durasi.Kl di hitung2 100X60menit=6rb perjam.


Di tengah kemajuan teknologi komunikasi informasi sekarang ini, miniaturisasi menjadi bagian penting untuk menjadikan berbagai produk yang memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut untuk memiliki faktor bentuk yang tidak berubah, mudah dibawa, tetapi memiliki kapasitas penyimpanan data-data digital yang besar.

Kemajuan ini antara lain diterjemahkan ke dalam ponsel canggih disebut ponsel cerdas, yang tak lagi berfungsi sebagai alat percakapan teleponi saja tetapi berkembang memenuhi selera konsumen global untuk memiliki sebuah perangkat yang serba bisa ibarat menggunakan komputer.

Memang fungsi-fungsi lain dari ponsel ini juga telah marak juga di Indonesia, terutama sejak teknologi ponsel mulai mengadopsi fungsi-fungsi tambahan tersebut. Hanya saja, penggunaan beragam fungsi ponsel tadi di sini, tampaknya sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Korea, terutama generasi mudanya.

Perbedaan yang mencolok dalam teknologi ponsel antara Korea dan Indonesia adalah sistem providernya serta tipe ponsel yang populer. Di Korea, sistem provider yang digunakan adalah seperti layanan CDMA, dimana seorang pelanggan akan membeli nomor yang kemudian akan lekat dengan ponsel yang dia gunakan. Jadi tidak dikenal penggunaan SIM card seperti layanan GSM. Ada tiga layanan servis provider yang bisa dipilih pelanggan, yaitu dari KTF, SK Telecom serta LG Telecom. Uniknya lagi, sistem layanan ini juga sudah dipaket dengan ponsel-ponsel merk dan tipe tertentu. Jadi misalkan kita menggunakan ponsel Samsung tipe SPH-X9300, maka kita akan menggunakan layanan dari KTF, apalagi logo KTF sendiri juga sudah tertulis pada badan ponsel tipe tersebut.

Untuk sistem layanannya sendiri juga memiliki beberapa tipe, dari tipe pasca bayar, serta tipe deposit. Tipe pasca bayar biasanya membutuhkan deposit dengan nominal tertentu, dan kita bisa menggunakan fasilitas komunikasi sesuai kebutuhan kita untuk kemudian biaya penggunaan akan ditagih setiap bulannya. Sedang melalui sistem deposit pelanggan akan mendeposit dana dalam nominal tertentu -biasanya sepuluh ribu won untuk setengah jam pembicaraan telepon di dalam Korea- dan jika dana deposit tadi habis maka pelanggan bisa mendeposit dana dengan nominal tertentu berikutnya. Mirip dengan system pasca bayar, hanya durasi penggunaan tidak dibatasi. Di Indonesia, kita wajib untuk mengisi ulang kartu prabayar kita dalam rentang waktu tertentu meski kita masih memiliki deposit dana. Sistem deposit seperti ini biasanya baik digunakan pendatang-pendatang baru seperti saya yang belum terlalu sering menelepon menggunakan ponsel.


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan teknologi pengaman perangkat telepon seluler untuk melindungi pemakai dari penyadapan pesan dan suara. Untuk pemasaran teknologi yang diberi nama “CELEBES” (seluler bersandi) dilakukan PT. Dian Karya Sarana.

Manajer Marketing PT. Dian Karya Sarana menuturkan perangkat teknologi yang mengutamakan kerahasiaan teknologi informasi ini, memang disasarkan kepada segmen tertentu. “Untuk mereka yang tak ingin privasinya terganggu”.

Meski baru sebulan diluncurkan, peminatnya cukup banyak. “Yang sudah fixed dipasangi 20 orang”. Untuk memasang teknologi ini kata marketing manajer terserbut melanjutkan, pengguna setidaknya harus menyediakan Rp.100 Juta. Untuk mengantisipasi pengguna yang tidak bertanggung jawab, perusahaan distributor itu akan meregristrasi dan menverifikasi calon pengguna. “Tiap tahun regristrasi diulang untuk memastikan tak berpindah tangan”.

Perusahaan tersebut bekerja sama dengan Lembaga Sandi Negara karena “CELEBES” menggunakan algoritma kriptografi, bukan berdasarkan nomor seluler si pemakai sehingga tak bisa dideteksi oleh operator telekomunikasi.

Menurut peneliti dari BPPT, katanya “CELEBES” cocok untuk pengguna yang mengedepankan perangkat pengaman komunikasi informasi dalam aktivitas kerjanya, selain untuk kemandirian agar masyarakat Indonesia tak bergantung pada perangkat telekomunikasi buatan asing. Namun penyadapan bisa dihindari hanya jika pengirim dan penerima pesan atau suara menggunakan “CELEBES”.

Setelah sukses di ponsel, rencananya teknologi ini akan dikembangkan untuk PDA. Harapannya akhir tahun ini sudah bisa di “windows mobile”, katanya lagi.

Semula, peneliti dari BPPT itu menuturkan teknologi antisadap diaplikasikan pada telepon tetap dengan nama “SENAWICARA”, yang biasa digunakan untuk kepentingan militer dan kepolisian. “SENAWICARA” memakai frekuensi VHF (800 megahertz) dengan radius 100 meter. Belakangan baru dikembangkan ke ponsel yang berbasis teknologi Symbian 9 atau 3rd edition, GPRS, 3G, dan WIFI.***(Sumber dari Koran Tempo, Selasa, 28 Mei 2008).



Category : edit post
Category : edit post